Oleh: Bambang Marhiyanto
1. Mengamalkan Asma'ul Husna Secara Benar dan Bermanfaat
Agaknya istilah “asmaul husna” sangatlah akrab di telinga kita. Bahkan konon asmaul husna memiliki khasiat yang luar biasa. Sebagian yang lain berpendapat bahwa asmaul husna mengandung energi yang hebat jika diamalkan. Kita sering mendengar demikian.
Lalu kita berusaha menghafalkan asmaul husna dan menjadikannya sebagai wirid. Namun energi yang hebat dan dahsyat itu belum merasuk dan berimbas bagi pembentukan kepribadian. Adakah yang kurang tepat?
Untuk menjawab pertanyaan sederhana ini dibutuhkan uraian dan kajian yang panjang. Bab demi bab pada buku ini akan mengantarkan kita sehingga menemukan jawaban terhadap rahasia yang tersembunyi di balik asmaul husna.
Asmaul Husna Bukan Sekedar Nama Allah
Asmaul husna adalah nama-nama Allah yang berjumlah sembilan puluh sembilan. Nama-nama indah sesuai dengan sifatNya. Namun sesungguhnya jika dikaji secara mendalam asmaul husna tidak sekedar nama Allah. Lebih dari itu, asmaul husna merupakan sebuah media untuk mendekatkan hamba kepada Robbnya.
Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna... QS. al-A’raf 180.
Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, karena Dia mempunyai asmaul husna (nama-nama yang terbaik)... QS. al-Isra’ 110.
Asmaul husna haruslah diyakini secara benar dan diamalkan secara tepat. Sebagai orang beriman kita memang wajib meyakini bahwa nama-nama itu merupakan milik Allah swt. Asma berasal dari bahasa Arab yang artinya nama-nama. Ada yang menyebutnya sebagai tanda. Bukankah nama atau sebutan itu merupakan ‘tanda’. Dan asma bagi Allah adalah sesuatu tanda yang perlu dijunjung tinggi. Adapun husna adalah bentuk muannats dari kata ahsan yang artinya terbaik.
Secara kebahasaan, asmaul husna merupakan nama-nama yang baik. Makna dari nama-nama yang baik itu mengandung sifat-sifat mulia dan terpuji. Namun haruslah dipahami asmaul husna –sifat yang dimiliki Allah swt. itu– bukanlah sifat yang sama dengan dimiliki oleh manusia (makhluk). Hanya saja yang perlu ditekankan, bahwa manusia berupaya untuk mendekati sifat-sifat terpuji tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Manusia tidak akan dapat menguasai asmaul husna secara sempurna, karena sifat itu hanya milik Allah. Tetapi, setidak-tidaknya mendapatkan pancaran dari sifat-sifat itu.
Jadi, asmaul husna bukanlah sekedar nama-nama indah yang dimiliki Allah. Tetapi di balik itu mengandung sebuah pesan agar kita berusaha untuk mengimplemantasikan sifat terpuji itu dalam kehidupan sehari-hari, dalam setiap tingkah laku, dan untuk menata qalbu.
Sifat-sifat baik dan akhlak terpuji yang kita miliki merupakan cerminan dari sifat asmaul husna. Pada dasarnya kita menyukai yang baik-baik. Orang yang memiliki sifat baik, tentu diterima dalam pergaulan dan mudah mencapai sukses (keberuntungan hidup).
“Membaca” asmaul husna mengandung arti yang sangat luas. Tidak hanya sedekar membaca dan menjadikan sebagai wirid. Namun sesungguhnya konteks membaca yang dimaksudkan bisa bermakna menghayati, memaknai dan menerapkan untuk diri sendiri maupun orang lain.
Allah memiliki nama ar-Rahim, artinya Yang Maha Penyayang. Nama ini memang milik Allah. Tetapi hendaknya manusia berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menerapkan ar-rahim, yaitu sifat penyayang. Orang yang cerdas dan ingin menjadi sukses di bidang apa saja senantiasa berusaha menempatkan akhlaknya menjadi manusia penyayang terhadap sesama. Dengan begitu, penghayatan terhadap asmaul husna tidaklah sia-sia. Ia akan memiliki aura (cahaya) teduh bagi sesamanya. Aura kasih itu terpancar melalui setiap perilaku dan keputusannya.
Sifat-sifat yang harus dikembangkan pada pembentukan karakter adalah sifat yang mencerminkan asmaul husna, misalnya pemurah, penyayang, suci, damai, yakin, dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat terpuji (akhlak mulia). Sesuatu yang baik akan mendatangkan kebaikan. Jika kita menerapkan sifat-sifat itu dalam kehidupan sehari-hari, pastilah selalu mendapat kemudahan dalam menjalani hidup ini.
Allah Meniupkan Asmaul Husna Ke Roh Manusia
Secara fitrah manusia telah dibekali sifat-sifat baik dan terpuji; sifat-sifat yang merupakan pancaran dari asmaul husna. Sayangnya, sejalan dengan perkembangan dan pengaruh lingkungan, sifat-sifat fitrah itu perlahan-lahan lemah, menjadi terkalahkan.
Sejak lahir manusia telah dilengkapi oleh hati yang fitrah (bersih). Hati itu telah merekam sifat-sifat Allah. Jika ia mampu memeliharanya hingga dewasa, maka pancaran asmaul husna akan membuat dirinya mulia. Namun jika sifat fitrah itu terkontaminasi dengan sesuatu yang buruk (lawan dari asmaul husna), tentu akan melunak. Kekuatan sifat-sifat Allah akhirnya dibelenggu oleh emosi diri, oleh prasangka negatif, dan pengaruh-pengaruh luar yang tidak menguntungkan.
Meskipun misalnya seseorang memiliki sifat fitrah yang melunak. Dengan kata lain, sifatnya yang terpuji dikalahkan oleh sifat-sifat tercela, tetapi pada hakikatnya ia tetap memilih sesuatu yang baik. Orang sekalipun ia jahat, tetapi masih menyukai sifat-sifat terpuji. Jika disodorkan kepadanya dua orang yang berbeda sifatnya. Misalnya si A sifatnya pemarah dan B sifatnya lembut penyabar, tentu ia cenderung kepada si B.
Sebagai gambaran, suatu ketika tampak seorang hamil tua sedang meyeberang jalan. Tiba-tiba pengendara sepeda motor menabraknya hingga perempuan itu terjatuh. Ulah pengemudi yang ceroboh dan ugal-ugalan itu menimbulkan rasa tidak simpati. Tetapi terhadap korban, mereka merasa kasihan dan melakukan pertolongan. Ini menandakan bahwa setiap jiwa manusia memiliki sifat-sifat terpuji asmaul husna berupa perasaan sayang dan menyukai kebenaran.
Sifat fitrah yang dimiliki manusia itu disebut suara hati. Ada yang mengistilahkan bisikan nurani. Ketika kita hendak melakukan perbuatan tercela, secara refleks hati nurani mencegahnya. Ia mengatakan, perbuatan yang hendak kita lakukan itu buruk. Hanya saja, kadang-kadang kita tidak lagi menghiraukan peringatan suara hati tersebut. Suara hati menjadi terkalahkan oleh emosi dan hawa nafsu.
Keinginan suara hati selalu baik, karena memang ia adalah pancaran dari sifat Allah. Kita mempunyai keinginan untuk menyayangi, ini merupakan pencerminan dari sifat ar-Rahman. Kita ingin berkarya (menciptakan) sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Keinginan ini pencerminan dari sifat al-Khaliq. Kita ingin mendapatkan keadilan dan ingin berbuat adil terhadap orang lain. Sifat fitrah ini merupakan pengaruh dari sifat al-Adli. Sederetan nama-nama indah (asmaul husna) yang merupakan sifat Allah tersebut sudah ditiupkan kepada kita semenjak awal penciptaan, yaitu saat dalam kandungan (bersambung)
1. Mengamalkan Asma'ul Husna Secara Benar dan Bermanfaat
Agaknya istilah “asmaul husna” sangatlah akrab di telinga kita. Bahkan konon asmaul husna memiliki khasiat yang luar biasa. Sebagian yang lain berpendapat bahwa asmaul husna mengandung energi yang hebat jika diamalkan. Kita sering mendengar demikian.
Lalu kita berusaha menghafalkan asmaul husna dan menjadikannya sebagai wirid. Namun energi yang hebat dan dahsyat itu belum merasuk dan berimbas bagi pembentukan kepribadian. Adakah yang kurang tepat?
Untuk menjawab pertanyaan sederhana ini dibutuhkan uraian dan kajian yang panjang. Bab demi bab pada buku ini akan mengantarkan kita sehingga menemukan jawaban terhadap rahasia yang tersembunyi di balik asmaul husna.
Asmaul Husna Bukan Sekedar Nama Allah
Asmaul husna adalah nama-nama Allah yang berjumlah sembilan puluh sembilan. Nama-nama indah sesuai dengan sifatNya. Namun sesungguhnya jika dikaji secara mendalam asmaul husna tidak sekedar nama Allah. Lebih dari itu, asmaul husna merupakan sebuah media untuk mendekatkan hamba kepada Robbnya.
Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna... QS. al-A’raf 180.
Serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, karena Dia mempunyai asmaul husna (nama-nama yang terbaik)... QS. al-Isra’ 110.
Asmaul husna haruslah diyakini secara benar dan diamalkan secara tepat. Sebagai orang beriman kita memang wajib meyakini bahwa nama-nama itu merupakan milik Allah swt. Asma berasal dari bahasa Arab yang artinya nama-nama. Ada yang menyebutnya sebagai tanda. Bukankah nama atau sebutan itu merupakan ‘tanda’. Dan asma bagi Allah adalah sesuatu tanda yang perlu dijunjung tinggi. Adapun husna adalah bentuk muannats dari kata ahsan yang artinya terbaik.
Secara kebahasaan, asmaul husna merupakan nama-nama yang baik. Makna dari nama-nama yang baik itu mengandung sifat-sifat mulia dan terpuji. Namun haruslah dipahami asmaul husna –sifat yang dimiliki Allah swt. itu– bukanlah sifat yang sama dengan dimiliki oleh manusia (makhluk). Hanya saja yang perlu ditekankan, bahwa manusia berupaya untuk mendekati sifat-sifat terpuji tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Manusia tidak akan dapat menguasai asmaul husna secara sempurna, karena sifat itu hanya milik Allah. Tetapi, setidak-tidaknya mendapatkan pancaran dari sifat-sifat itu.
Jadi, asmaul husna bukanlah sekedar nama-nama indah yang dimiliki Allah. Tetapi di balik itu mengandung sebuah pesan agar kita berusaha untuk mengimplemantasikan sifat terpuji itu dalam kehidupan sehari-hari, dalam setiap tingkah laku, dan untuk menata qalbu.
Sifat-sifat baik dan akhlak terpuji yang kita miliki merupakan cerminan dari sifat asmaul husna. Pada dasarnya kita menyukai yang baik-baik. Orang yang memiliki sifat baik, tentu diterima dalam pergaulan dan mudah mencapai sukses (keberuntungan hidup).
“Membaca” asmaul husna mengandung arti yang sangat luas. Tidak hanya sedekar membaca dan menjadikan sebagai wirid. Namun sesungguhnya konteks membaca yang dimaksudkan bisa bermakna menghayati, memaknai dan menerapkan untuk diri sendiri maupun orang lain.
Allah memiliki nama ar-Rahim, artinya Yang Maha Penyayang. Nama ini memang milik Allah. Tetapi hendaknya manusia berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menerapkan ar-rahim, yaitu sifat penyayang. Orang yang cerdas dan ingin menjadi sukses di bidang apa saja senantiasa berusaha menempatkan akhlaknya menjadi manusia penyayang terhadap sesama. Dengan begitu, penghayatan terhadap asmaul husna tidaklah sia-sia. Ia akan memiliki aura (cahaya) teduh bagi sesamanya. Aura kasih itu terpancar melalui setiap perilaku dan keputusannya.
Sifat-sifat yang harus dikembangkan pada pembentukan karakter adalah sifat yang mencerminkan asmaul husna, misalnya pemurah, penyayang, suci, damai, yakin, dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat terpuji (akhlak mulia). Sesuatu yang baik akan mendatangkan kebaikan. Jika kita menerapkan sifat-sifat itu dalam kehidupan sehari-hari, pastilah selalu mendapat kemudahan dalam menjalani hidup ini.
Allah Meniupkan Asmaul Husna Ke Roh Manusia
Secara fitrah manusia telah dibekali sifat-sifat baik dan terpuji; sifat-sifat yang merupakan pancaran dari asmaul husna. Sayangnya, sejalan dengan perkembangan dan pengaruh lingkungan, sifat-sifat fitrah itu perlahan-lahan lemah, menjadi terkalahkan.
Sejak lahir manusia telah dilengkapi oleh hati yang fitrah (bersih). Hati itu telah merekam sifat-sifat Allah. Jika ia mampu memeliharanya hingga dewasa, maka pancaran asmaul husna akan membuat dirinya mulia. Namun jika sifat fitrah itu terkontaminasi dengan sesuatu yang buruk (lawan dari asmaul husna), tentu akan melunak. Kekuatan sifat-sifat Allah akhirnya dibelenggu oleh emosi diri, oleh prasangka negatif, dan pengaruh-pengaruh luar yang tidak menguntungkan.
Meskipun misalnya seseorang memiliki sifat fitrah yang melunak. Dengan kata lain, sifatnya yang terpuji dikalahkan oleh sifat-sifat tercela, tetapi pada hakikatnya ia tetap memilih sesuatu yang baik. Orang sekalipun ia jahat, tetapi masih menyukai sifat-sifat terpuji. Jika disodorkan kepadanya dua orang yang berbeda sifatnya. Misalnya si A sifatnya pemarah dan B sifatnya lembut penyabar, tentu ia cenderung kepada si B.
Sebagai gambaran, suatu ketika tampak seorang hamil tua sedang meyeberang jalan. Tiba-tiba pengendara sepeda motor menabraknya hingga perempuan itu terjatuh. Ulah pengemudi yang ceroboh dan ugal-ugalan itu menimbulkan rasa tidak simpati. Tetapi terhadap korban, mereka merasa kasihan dan melakukan pertolongan. Ini menandakan bahwa setiap jiwa manusia memiliki sifat-sifat terpuji asmaul husna berupa perasaan sayang dan menyukai kebenaran.
Sifat fitrah yang dimiliki manusia itu disebut suara hati. Ada yang mengistilahkan bisikan nurani. Ketika kita hendak melakukan perbuatan tercela, secara refleks hati nurani mencegahnya. Ia mengatakan, perbuatan yang hendak kita lakukan itu buruk. Hanya saja, kadang-kadang kita tidak lagi menghiraukan peringatan suara hati tersebut. Suara hati menjadi terkalahkan oleh emosi dan hawa nafsu.
Keinginan suara hati selalu baik, karena memang ia adalah pancaran dari sifat Allah. Kita mempunyai keinginan untuk menyayangi, ini merupakan pencerminan dari sifat ar-Rahman. Kita ingin berkarya (menciptakan) sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Keinginan ini pencerminan dari sifat al-Khaliq. Kita ingin mendapatkan keadilan dan ingin berbuat adil terhadap orang lain. Sifat fitrah ini merupakan pengaruh dari sifat al-Adli. Sederetan nama-nama indah (asmaul husna) yang merupakan sifat Allah tersebut sudah ditiupkan kepada kita semenjak awal penciptaan, yaitu saat dalam kandungan (bersambung)
Syukron Ya Akh, atas informasinya yang amat penting, ana tunggu sambungannya, semoga kita semakin dekat dengan-Nya, Amin.
BalasHapusSalam Kenal.