5.14.2010

Ikhlas Sebagai Penolong dari Musibah

Oleh: Bambang Marhiyanto

Setiap orang tidak ingin mendapati musibah meski sekecil apa pun. Tetapi keinginan itu merupakan sesuatu yang tidak mungkin. Tugas manusia bukanlah menghindari dari musibah, tetapi bagaimana caranya menghadapi musibah itu sebagai sesuatu yang tidak menyakitkan. Kadang-kadang orang memandang musibah yang menimpanya adalah sebuah kiamat sehingga seolah-olah ia tak bisa hidup lagi. Sementara yang lain menerimanya dengan ikhlas, sehingga musibah terasa ringan dan alamiah. Karena itulah maka hanya dengan ikhlas, kita dapat menghadapi musibah dengan lapang dada. Dan musibah menjadi lebih ringan dari yang dibayangkan kebanyakan orang.

Makna Ikhlas

Makna ikhlas tidak banyak dipahami oleh sebagian di antara kita. Namun kata ini sesungguhnya sangat berguna bagi mereka yang telah lama mentaati Allah swt., berinteraksi denganNya dalam menjalankan ibadah dan menikmati kelezatan karuniaNya. Mereka selalu menghadapkan wajah kepada Allah dan telah berpengalaman memerangi setan sekian lamanya. Merekalah yang mampu mengambil manfaat dari sifat ikhlas.

Ada tiga makna yang terkandung dalam kata “ikhlas”. Pertama, mengkhususkan tujuan semua perbuatan kepada Allah semata. Pengkhususan ini mengharuskan perbuatan itu hanya untukNya, tiada untuk yang lain.

Kedua, bermakna melupakan pujian manusia, sehingga seseorang hanya “melihat” Sang Pencipta saja. Orang yang menangis karena takut kepada Allah, memberikan infak, atau mengerjakan shalat di tengah ribuan —bahkan jutaan— orang akan tetap ikhlas, karena ia tidak menghiraukan pandangan manusia. Ibadahnya hanya untuk Allah.

Ketiga, bermakna bahwa ibadah yang dilakukan itu tidak berharap untuk disaksikan (dilihat) orang lain. Kita tidak butuh orang lain menyaksikan shalat, zakat, tangis, haji kita. Cukuplah untuk Allah dan hanya Allah yang menjadi saksi.

Kita tidak bisa mengetahui seseorang itu beramal dengan ikhlas atau tidak. Sebab ikhlas itu berurusan dengan hati.Semua amal shalih tidak akan ada artinya tidak dilandasi dengan niat ikhlas.

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia pun mengerjakan kebaikan, dania mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesanganNya. QS. an-Nisa 125.

Allah menerima amalan baik kita jika disertai ikhlas. Tiada hati yang dicintai kecuali hati yang senantiasa ikhlas dalam melakukan sesuatu. Sesungguhnya jika kita selalu ikhlas, maka kebaikan memiliki gudang harta yang melimpah; kekayaan yang luar biasa besarnya. Dengan ikhlas, maka tak ada belenggu jiwa. Hati senantiasa merasa puas terhadap apa yang kita lakukan. Kita tidak pernah mengeluh dan mengungkit-ungkit amal baik yang pernah dilakukan.
Ikhlas Meringankan Musibah

Sadarilah, sesungguhnya tidak ada yang menolong kita dari musibah dunia kecuali keikhlasan. Diterangkan dalam sebuah hadis bahwa tersebutlah tiga pemuda yang terjebak dalam musibah. Ketika hujan lebat, mereka bermaksud berteduh dalam sebuah goa. Namun tiba-tiba pintu goa tertutup oleh sebuah batu besar. Menurut perhitungan akal, mereka tak akan berhasil keluar dari dalam goa tersebut.

Salah seorang dari ketiganya tiba-tiba mempunyai ide, “Sebaiknya kita berdoa kepada Allah dengan menyebut amal shalih yang pernah kita lakukan. Barangkali dengan itu, Allah menyelamatkan kita.”

Salah seorang kemudian berdoa, “Ya Allah, aku memiliki dua orangtua yang sudah tua dan juga keluarga. Aku memerah susuh. Dan aku tidak akan memberi anak-anakku sampai bapak dan ibuku minum. Di suatu malam, aku terlambat memeras susu, dan saat aku pergi untuk memberikannya kepada orangtuaku, mereka telah terlelap tidur. Aku tetap duduk di samping mereka dan tidak mau membangunkan mereka hingga pagi pun tiba. Sedangkan ketika itu anak-anakku menangis meminta minum. Aku tak mau memberikan minum anak-anakku sebelum orangtuaku meminumnya. Ketika pagi tiba, mereka pun meminumnya. Ya Allah aku melakukan itu karena mencari ridhaMu, maka lapangkanlah kami dari kesulitan ini.”

Sesaat setelah itu, batu yang menutup goa tersebut pun sedikit terbuka.
Pemuda kedua juga berdoa, “Aku memiliki saudara kemenakan dari pamanku. Aku sangat menyintainya, dan aku merayunya, tetapi ia menolak. Ketika ia tertimpa kesulitan, kekurangan bahan makanan dan kefakiran, dia datang kepadaku dan berkata, ‘Pinjamilah aku uang!’ Aku pun menjawab, ‘Aku akan memberimu seratus dua puluh dinar dengan syarat kau mau kutiduri.’ Ia tampak agak berat menerima syarat itu. Ketika aku bisa menguasainya, ia berkata, ‘Wahai hamba Allah, bertawakallah kepadaNya. Aku tidak halal bagimu.’ Maka aku langsung bangkit dan berbalik seraya berkata, ‘Ambillah semua harta ini dan pergilah!’ Ya Allah, jika aku telah melakukan perkataan itu karena mencari ridhaMu, maka lapangkanlah kami dari kesulitan ini!” Dan batu yang menutup goa tersebut bergeser lebih lebar dari sebelumnya.

Pemuda ketiga pun berdoa, “Ya Allah, aku dulu mempekerjakan banyak orang dan selalu memberikan gaji mereka, kecuali satu orang yang pergi dan belum sempat mengambil gajinya. Gajinya lalu kuinvestasikan hingga suatu hari ia datang dan meminta gajinya. Kutunjukkan bahwa gajinya sudah berkembang menjadi binatang ternak dalam jumlah cukup banyak. Lalu semua harta itu kuberikan tanpa tersisah sedikit pun. Ya Allah, aku melakukan itu karena ikhlas. Jika engkau meridhainya, maka tolonglah kami dari kesulitan ini.” Dan batu yang menutup pintu itu bergesar sehingga pintu goa benar-benar terbuka.

Inilah buah dari amal shalih yang ikhlas. Ketiga pemuda tersebut berhasil selamat dari musibah. Ikhlas memiliki energi yang luar biasa.
Rahasia Kita dan Allah

Kata al-Junaid, “Ikhlas adalah rahasia antara Allah dan hambaNya. Ia tiada diketahui malaikat, sehingga ia tiada kuasa menuliskannya. Tiada pula diketahui oleh setan, sehingga ia tidak kuasa merusaknya.”
Ikhlas merupakan rahasia yang hanya diketahui pemiliknya dan Allah swt. semata. Maka, ketika hamba merasa ingin menangis, dan hatinya berdetak kencang ingin melakukan ketaatan, itulah detik-detik munculnya ikhlas.
Imam al-Ghazali pun berkata, “Semua manusia itu celaka kecuali orang yang berilmu. Dan semua orang yang berilmu itu celaka kecuali orang yang beramal. Dan semua yang beramal itu akan celaka kecuali yang ikhlas. Dan orang yang ikhlas selalu dibayangi bahaya yang besar.”

Seorang ulama berkata, “Tidaklah seorang hamba itu ikhlas selama empat puluh hari, kecuali akan terpancar hikmah dari wajah dan lisannya.”
Energi yang ditimbulkan oleh hati ikhlas memang luar biasa. Karenanya, jika ingin membuktikan, cobalah kita selalu berniat ikhlas dalam setiap perbuatan baik, maka tentu kita terheran-heran pada perubahan yang ada.

Jika tersenyum maka senyumlah dengan tulus dan ikhlas. Jika menolong, lakukan dengan ikhlas. Jika beramal ibadah khususnya shalat, lakukan dengan ikhlas. Berilah sedekah dengan ikhlas. Pokoknya semuanya dilandasi dengan ikhlas. Maka akan terjadi perubahan yang menakjubkan dalam kehidupan kita.

Betapa wajah kita bukanlah sekedar wajah, tetapi memancarkan aura. Orang lain yang melihatnya menjadi senang dan tenang hatinya. Wajah kita teduh dan menyejukkan. Lisan kita pun bukan sembarang lisan. Setiap apa yang kita sampaikan selalu mengandung kebaikan dan orang lain mendengarkannya. Kita menjadi manusia yang dihargai kawan dan disegani lawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar